Kamis, 19 November 2009

mbah kholil Bangkalan Madura

KH.MUHAMMAD KHOLIL (MADURA)


Sekitar tahun 1996 an waktu saya masih di tebuireng saya pernah berziarah di maqom seorang waliyulloh di pulau Madura dan sempat menginap beberapa malam disana untuk menghatamkan quran sebelum kembali ke rumah di Jakarta sebagaimana pesan dari almarhum guru saya. beliau adalah KH Muhammad Khalil bin Kiyai Haji Abdul Lathif bin Kiyai Hamim bin Kiyai Abdul Karim bin Kiyai Muharram bin Kiyai Asrar Karamah bin Kiyai Abdullah bin Sayid Sulaiman.

Sayid Sulaiman adalah cucu Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Cirebon. Syarif Hidayatullah itu putera Sultan Umdatuddin Umdatullah Abdullah yang memerintah di Cam (Campa). Ayahnya adalah Sayid Ali Nurul Alam bin Sayid Jamaluddin al-Kubra.

KH. Muhammad Kholil dilahirkan pada 11 Jamadilakhir 1235 Hijrahatau 27 Januari 1820 Masihi di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. Beliau berasal dari keluarga Ulama dan digembleng langasung oleh ayah Beliau menginjak dewasa beliau ta’lim diberbagai pondok pesantren. Sekitar 1850-an, ketika usianya menjelang tiga puluh, Kiyai Muhammad Khalil belajar kepada Kiyai Muhammad Nur di Pondok-pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Dari Langitan beliau pindah ke Pondok-pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian beliau pindah ke Pondok-pesantren Keboncandi. Selama belajar di pondok-pesantren ini beliau belajar pula kepada Kiyai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri, 7 kilometer dari Keboncandi. Kiyai Nur Hasan ini, sesungguhnya, masih mempunyai pertalian keluarga dengannya. Sewaktu menjadi Santri KH Muhammad Kholil telah menghafal beberapa matan, seperti Matan Alfiyah Ibnu Malik (Tata Bahasa Arab). disamping itu juga beliau juga seorang hafiz al-Quran . Belia mampu membaca alqur’an dalam Qira’at Sab’ah (tujuh cara membaca al-Quran).

Pada 1276 Hijrah/1859 Masihi, KHMuhammad Khalil Belajar di Mekah. Di Mekah KH Muhammad Khalil al-Maduri belajar dengan Syeikh Nawawi al-Bantani(Guru Ulama Indonesia dari Banten). Di antara gurunya di Mekah ialah Syeikh Utsman bin Hasan ad-Dimyathi, Saiyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin Muhammad al-Afifi al-Makki, Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud asy-Syarwani i. Beberapa sanad hadis yang musalsal diterima dari Syeikh Nawawi al-Bantani dan Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail al-Bimawi (Bima, Sumbawa). Kh.Muhammad Kholil Sewaktu Belajar di Mekkah Seangkatan dengan KH.Hasym Asy’ari,Kh.Wahab Hasbullah dan KH.Muhammad Dahlan namum Ulama-ulama Dahulu punya kebiasaan Memanggil Guru sesama Rekannya, Dan Kh.Muhammad KHolil yang Dituakan dan dimuliakan diantara mereka.

Sewaktu berada di Mekah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Kh.Muhammad Khalil bekerja mengambil upah sebagai penyalin kitab-kitab yang diperlukan oleh para pelajar. Diriwayatkan bahwa pada waktu itulah timbul ilham antara mereka bertiga, yaitu: Syeikh Nawawi al-Bantani, Kiyai Muhammad Khalil al-Maduri dan Syeikh Saleh as-Samarani (Semarang) menyusun kaedah penulisan huruf Pegon. Huruf Pegon ialah tulisan Arab yang digunakan untuk tulisan dalam bahasa Jawa, Madura dan Sunda. Huruf Pegon tidak ubahnya tulisan Melayu/Jawi yang digunakan untuk penulisan bahasa Melayu.

karena Kiyai Muhammad Khalil cukup lama belajar di beberapa pondok-pesantren di Jawa dan Mekah, maka sewaktu pulang dari Mekah, beliau terkenal sebagai ahli/pakar nahwu, fiqih, thariqat ilmu-ilmu lainnya. Untuk mengembangkan pengetahuan keislaman yang telah diperolehnya, Kiyai Muhammad Khalil selanjutnya mendirikan pondok-pesantren di Desa Cengkebuan, sekitar 1 kilometer arah Barat Laut dari desa kelahirannya. Kh. Muhammad Khalil al-Maduri adalah seorang ulama yang bertanggungjawab terhadap pertahanan, kekukuhan dan maju-mundurnya agama Islam dan bangsanya. Beliau sedar benar bahwa pada zamannya, bangsanya adalah dalam suasana terjajah oleh bangsa asing yang tidak seagama dengan yang dianutnya. Beliau dan keseluruhan suku bangsa Madura seratus peratus memeluk agama Islam, sedangkan bangsa Belanda, bangsa yang menjajah itu memeluk agama Kristian. Sesuai dengan keadaan beliau sewaktu pulang dari Mekah telah berumur lanjut, tentunya Kiyai Muhammad Khalil tidak melibatkan diri dalam medan perang, memberontak dengan senjata tetapi mengkaderkan pemuda di pondok pesantren yang diasaskannya. Kiyai Muhammad Khalil sendiri pernah ditahan oleh penjajah Belanda kerana dituduh melindungi beberapa orang yang terlibat melawan Belanda di pondok pesantrennya. beberapa tokoh ulama maupun tokoh-tokoh kebangsaana lainnya yang terlibat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidak sedikit yang pernah mendapat pendidikan dari Kiyai Muhammad Khalil al-Maduri .

Kh.Ghozi menambahkan, dalam peristiwa 10 November, Mbah Kholil bersama kiai-kiai besar seperti Bisri Syansuri, Hasyim Asy’ari, Wahab Chasbullah dan Mbah Abas Buntet Cirebon, menge-rahkan semua kekuatan gaibnya untuk melawan tentara Sekutu.

Hizib-hizib yang mereka miliki, dikerahkan semua untuk menghadapi lawan yang bersenjatakan lengkap dan modern. Sebutir kerikil atau jagung pun, di tangan kiai-kiai itu bisa difungsikan menjadi bom berdaya ledak besar.

Tak ketinggalan, Mbah Kholil mengacau konsentrasi tentara Sekutu dengan mengerahkan pasukan lebah gaib piaraannya. Di saat ribuan ekor lebah menyerang, konsentrasi lawan buyar.

Saat konsentrasi lawan buyar itulah, pejuang kita gantian menghantam lawan. ”Hasilnya terbukti, dengan peralatan sederhana, kita bisa mengusir tentara lawan yang senjatanya super modern. Tapi sayang, peran ulama yang mengerahkan kekuatan gaibnya itu, tak banyak dipublikasikan,” papar Kiai Ghozi, cucu KH Wahab Chasbullah ini.

Kesaktian lain dari Mbah Kholil, adalah kemampuannya membelah diri. Dia bisa berada di beberapa tempat dalam waktu bersamaan.

Pernah ada peristiwa aneh saat beliau mengajar di pesantren. Saat berceramah, Mbah Kholil melakukan sesuatu yang tak terpantau mata. ”Tiba-tiba baju dan sarung beliau basah kuyub,” cerita kh Ghozi.

Para santri heran. Sedangkan beliau sendiri cuek, tak mau menceritakan apa-apa. Langsung ngloyor masuk rumah, ganti baju.

Teka-teki itu baru terjawab setengah bulan kemudian. Ada seorang nelayan sowan Mbah Kholil. Dia mengucapkan terimakasih, karena saat perahunya pecah di tengah laut, langsung ditolong Mbah Kholil.

”Kedatangan nelayan itu membuka tabir. Ternyata saat memberi pengajian, Mbah Kholil dapat pesan agar segera ke pantai untuk menyelamatkan nelayan yang perahunya pecah. Dengan karomah yang dimiliki, dalam sekejap beliau bisa sampai laut dan membantu si nelayan itu,” papar kh Ghozi yang kini tinggal di Wedomartani Ngemplak Sleman ini.

di antara sekian banyak murid Kh Muhammad Khalil al-Maduri yang cukup menonjol dalam sejarah perkembangan agama Islam dan bangsa Indonesia ialah Kh Hasyim Asy’ari (pendiri Pondok-pesantren Tebuireng, Jombang, dan pengasas Nahdhatul Ulama / NU) Kiyai Haji Abdul Wahhab Hasbullah (pendiri Pondok-pesantren Tambakberas, Jombang); Kiyai Haji Bisri Syansuri (pendiri Pondok-pesantren Denanyar); Kiyai Haji Ma’shum (pendiri Pondok-pesantren Lasem, Rembang, adalah ayahanda Kiyai Haji Ali Ma’shum), Kiyai Haji Bisri Mustofa (pendiri Pondok-pesantren Rembang); dan Kiyai Haji As’ad Syamsul `Arifin (pengasuh Pondok-pesantren Asembagus, Situbondo).

Kh. Muhammad Khalil al-Maduri, wafat dalam usia yang lanjut 106 tahun, pada 29 Ramadan 1341 Hijrah/14 Mei 1923 Masihi.

Dari kecil, kecintaannya kepada ilmu telah terserlah. Selain menghafal al-Quran, beliau sejak kecil telah hafal 1000 bait nazam Alfiyyah Ibnu Malik. Bahkan, beliau amat menitik beratkan pelajaran nahwu sehingga santri-santri beliau tidak akan dibenarkan menamatkan pengajian dan pulang ke kampung jika belum hafal Alfiyyah. Justru, setiap santri yang mohon untuk pulang, terlebih dahulu diuji hafalan Alfiyyahnya, jika belum hafal maka jangan harap diizinkan pulang. Begitulah penekanan yang beliau berikan kepada ilmu nahwu yang merupakan antara ilmu alat yang terpenting. Kelemahan dalam ilmu ini akan membawa kepada lemahnya memahami kitab-kitab para ulama terdahulu, maka wajar sekali jika Embah Kholil memberikan penekanan terhadap ilmu ini.

Selain ilmu nahwu, beliau turut menguasai ilmu fiqh terutama sekali fiqh Syafi’i, tafsir, qiraah dan juga tasawwuf dan thoriqah. Beliau menghafal al-Quran dan menguasai segala ilmu berhubungan dengannya termasuklah menguasai qiraatus sab’ah. Beliau menimba pengetahuannya daripada ramai ulama seperti Kiyai Muhammad Nur dan di berbagai pesantren antaranya Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Cangaan Bangil, Pesantren Keboncandi Pasuruan dan Pesantren Banyuwangi. Setelah itu, beliau berangkat ke Makkah al-Mukarramah untuk menimba ilmu di sana. Sewaktu nyantri, beliau tidak mengharapkan biaya daripada orang tuanya, bahkan beliau menampung biayanya sendiri dengan melakukan berbagai pekerjaan di samping belajar.

Beliau berangkat ke Makkah dalam tahun 1859, ketika berusia 24 tahun. Sepanjang perjalanan ke Makkah dan semasa di sana, beliau lebih gemar berpuasa dan melakukan riyadhah kerohanian. Dikisahkan bahawa selama di Makkah, kebiasaannya beliau hanya makan kulit tembikai berbanding makanan lain. Setelah pulang ke tanahairnya, beliau mendirikan pesantren di Desa Cengkebuan. Pesantren ini akhirnya beliau serahkan kepada menantunya Kiyai Muntaha, dan beliau sendiri membuka sebuah lagi pesantren di Desa Kademangan, Bangkalan. Antara ulama yang menjadi santri beliau adalah Hadhratusy Syaikh Hasyim Asy’ari, Kiyai Wahhab Hasbullah, Kiyai Ahmad Qusyairi dan Kiyai Bisri Syansuri.
Kiyai Kholil selain terkenal sebagai ulama, juga dikenali sebagai seorang waliyullah yang mempunyai berbagai karamah dan kasyaf. Murid beliau, Kiyai Ahmad Qusyairi bin Shiddiq dalam karyanya “al-Wasiilatul Hariyyah” mensifatkan gurunya ini sebagai ” beliau yang dalam ilmu nahwunya seperti Sibawaih, dalam ilmu fiqh seperti Imam an-Nawawi dan dari segi banyak kasyaf dan karamah seperti al-Quthub al-Jilani.” Maka tidak heran, makamnya sehingga kini diziarahi ramai untuk menjalankan sunnah ziarah kubur dan ngalap berkat. Beliau meninggal dunia pada 29 Ramadhan 1343H. Selain meninggalkan ramai santri yang menjadi ulama dan kiyai besar, beliau turut meninggalkan beberapa karangan antaranya “ash-Shilah fi bayanin nikah” dan “al-Matnusy-Syarif“. Moga Allah sentiasa mencucuri rahmat dan kasih-sayangNya kepada Embah Kiyai Kholil serta para leluhurnya juga sekalian ulama dan umat yang mentawhidkan Allah s.w.t. .. al-Fatihah.
Kiai Muhammad Khalil juga pejuang di zamannya. memang, saat pulang ke Tanah Air ia sudah uzur. Yang dilakukannya adalah dengan pengkader para pemuda pejuang di pesantrennya untuk berjuang membela negara. Di antara para muridnya itu adalah KH Hasyim Asy’ari (pendiri Pondok-pesantren Tebuireng, Jombang, dan pengasas Nahdhatul Ulama), KH Abdul Wahhab Hasbullah (pendiri Pondok-pesantren Tambakberas, Jombang); KH Bisri Syansuri (pendiri Pondok Pesantren Denanyar), KH Ma’shum (pendiri Pondok Pesantren Lasem, Rembang), KH Bisri Mustofa (pendiri Pondok-pesantren Rembang), dan KH As’ad Syamsul `Arifin (pengasuh Pondok-pesantren Asembagus, Situbondo).
Kiai Muhammad Khalil al-Maduri wafat dalam usia yang lanjut, 106 tahun, pada 29 Ramadan 1341 Hijrah, bertepatan dengan tanggal 14 Mei 1923 Masehi.

HABIB MUNZIR ALMUSAWA( PIMPINAN MAJLIS ROSULULLOH)

HABIB MUNZIR AL MUSAWAPengaturan

AL’ALAMAH AL HABIB UMAR BIN HAFIDZ(PENGASUH PON-PES DARUL MUSTHOFA HADROMAUT YAMAN)

AL HABIB UMAR BIN HAFIDZ

Habib Umar bin Hafidz dan Habib Umar bin Hud Cipayung Bogor

HABIB UMAR BIN HAFIDZ dan Habib Muhammad alwi al maliki

AL HABIB ALWI AL MALIKI DAN HABIB UMAR BIN HAFIDZ

HABIB MUHAMMAD BIL FAQIH (PENGASUH PON-PES DARUL HADIST MALANG)

Habib Muhammad bin Al Musnid Habib Abdulloh Bil faqih

Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf ( Pimpinan Majlis AlKifahi jakarta )

HABIB UMAR BIN ABDURRAHMAN ASSEGAF

Habib Zindan bin novel ( Jakarta barat)

Al Musnid Syech Muhammad Al ya’qubi Al hasani (Damaskus)

syech-muhammad-al-yaqubi-al-hasani.jpg

HABIB RIZIQ AS SYEHAB(KETUA FRONT PEMBELA ISLAM)

HABIB RIZIQ (KETUA FPI)

HABIB HASAN BIN JAFAR ASSEGAP(PIMPINAN NURUL MUSTHOFA)

HABIB HASAN BIN JAFAR ASEGAF

HABIB SALIM ASSYATIRI (YAMAN)

HABIB SALIM ASSYATIRI

HABIB ALI BIN ABDURRAHMAN ASSEGAF DAN HABIB HASAN BIN JA’FAR ASSEGAF

ABIB ALI BIN ABDURRAHMAN ASSEGAF DAN HABIB HASAN BIN JA’FAR ASSEGAF

HABIB ALI AL JUFRI

habib ali aljufri

HABIB HAMID AL KAFF ( jakarta)

HABIB HAMID AL KAFF

HABIB SYECK ALI AL JUFRI (CONDET JAKARTA)

HABIB SYECK ALI AL JUFRI

Habib Soleh bin Ahmad bin Salim Alaydrus ( malang jawa timur)

Habib Soleh bin Ahmad bin Salim Alaydrus,

HABIB MUSTAFA BIN ABDULLOH ALAYDRUS(PIMPINAN MAJLIS SYAMSI SYUMUS)

HABIB MUSTAFA BIN ABDULLOH ALAYDRUS

HABIB HUSEIN BIN ABDULLOH ASSEGAF ( GRESIK JAWA TIMUR)

hb-husein-b-abdullah.jpg

HABIB AHMAD BIN ALI ASSEGAF ( JAKARTA)

HABIB AHMAD BIN ALI ASSEGAF

Habib Umar bin Abdulloh al athos ( rawabelong Jakarta )

Habib Abdurrahman bin Muhammad Al habsy (kwitang jakarta)

Habib Abdurrahman bin Abdulloh bil faqih ( Darul hadist malang jawa timur)

SYECH HISYAM AL KA’BANI

SYECH YUSUF AL HASANI

SYECH NAZIM ADIL AL HAQQANI


Syech Muhammad Ali Assanusi

Habib Syaikhon bin musthofa al bahar

syaichan-albahar

habib-syaikhon

PESANTREN TEBU IRENG


Selasa, 20 Oktober 2009

Puri Maerokoco

Puri Maerokoco
Taman Wisata Budaya Jawa Tengah


Puri Maerokoco Taman Wisata Budaya Jawa Tengah adalah salah satu bagian yang tak terpisahkan dari seluruh kawasan PRPP ( Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan ) Jawa Tengah terletak di komplek Twang Mas Semarang yaitu komplek pengembangan kawasan baru di Semarang Barat yang terdiri pemukiman, perkantoran, perdagangan, olah raga, rekreasi dan pariwisata.
Taman ini diwujudkan dengan pulau yang merupakan gambaran miniatur Jawa Tengah dibatasi oleh danau di Utara dan Selatan sebagai gambaran laut dan Samudra Indonesia dan lahan Jawa Barat serta Jawa Timur diisi dengan tanaman langka, sedang di luar danau ini terdapat jalan keliling lebar 6 m yang bisa dipakai untuk kereta mini dan sebagainya.

Fasilitas :
  • 35 Bangunan Anjungan Kab/Kota se-Jawa Tengah
  • Kolam Pancing yang luas dan Nyaman
  • Keamanan 24 Jam
  • Tempat Istirahat yang sejuk, nyaman / shelter
  • Tempat Ibadah
  • Air Bersih dan Kamar Kecil
  • Arena bermain anak-anak ( Boom-boom car, Astro jet, komedi )
  • Kereta mini
  • Perahu air dan sepeda air

Image
Salah satu anjungan di Taman Maerokoco

Sebuah Objek wisata yang berada di Jalan Yos Sudarso kurang lebih 5 Km dari tugumuda, satu komplek dengan PRPP. Sebagai taman mini Jawa Tengah yang merangkum semua rumah adat yantg disebut dengan anjungan dari 35 kabupaten dan kota yang ada di Jawa Tengah. Di dalam rumah-rumah tersebut digelar hasil – hasil industri dan kerajinan yang diproduksi oleh masing – masing daerah. Selain menampilkan rumah – rumah adat, objek wisata ini dilengkapi dengan fasilitas rekreasi air seperti, sepeda air, perahu, juga kereta bagi pengunjung. Dibuka untuk umum dari jam 08.00 sampai 18.00. Dapat dijangkau dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.

Image
Salah satu anjungan di Taman Maerokoco
Image
Tugumuda mini di Taman Maerokoco

Anjungan

Anjungan Kota Semarang Anjungan Kabupaten Banjarnegara
Anjungan Kabupaten Banyumas Anjungan Kabupaten Batang
Anjungan Kabupaten Cilacap Anjungan Kabupaten Kebumen
Anjungan Kabupaten Kendal Anjungan Kabupaten Klaten
Anjungan Kabupten Kudus Anjungan Kota Pekalongan

Anjungan Kabupaten Pemalang

Anjungan Kota Tegal

Anjungan Kabupaten Wonosobo

Anjungan Kabupaten Boyolali

Anjungan Kota Surakarta

Anjungan Kabupaten Sukoharjo



Profil Puri Maerokoco

Puri Maerokoco merupakan Jawa Tengah dalam skala mini yang mirip dengan sesungguhnya. Sehingga ke depannya diharapkan dapat menjadi tempat budaya dan rekreasi andalan Jawa Tengah dan yang lebih penting lagi taman ini diharapkan dapat menjadi ajang promosi potensi Daerah Tingkat II seluruh Jawa Tengah.

Gambaran Umum Perwujudan sebagai berikut :

  • Puri Maerokoco Taman Wisata Budaya Jawa tengah ini diwujudkan dengan pulau yang merupakan gambaran miniatur Jawa Tengah dibatasi oleh danau di utara dan selatan sebagai gambaran Laut Jawa dan Samudera Indonesia dan lahan Jawa Barat serta Jawa Timur diisi dengan tanaman langka, sedangkan diluar danau ini terdapat jalan keliling lebar 6 m yang bisa dipakai untuk kereta mini dan sebagainya.
  • Topografi dan geografi dibuat berupa tanah yang berkontur, misalnya daerah Wonosobo kontur tanah lebih tinggi dari Semarang dan sebagainya, juga gunung, sungai dan waduk besar semua diletakkan pada tempat yang sesuai dengan kondisi aslinya.
  • Untuk menuju Puri Maerokoco Taman Wisata Budaya Jawa tengah ini pengunjung dapat melewati 2 (dua) jembatan penghubung, 1 jembatan utama merupakan pintu masuk terletak di utara anjungan Semarang sebagai ibu kota Propinsi dan 1 (satu) jalan di timur merupakan pintu masuk samping. Selain melewati jembatan diadakan juga kapal dayung yang dapat mengelilingi danau dan merapat di dermaga mini misal di anjungan-anjungan Semarang, Pati, Tegal, Cilacap dsb.

Untuk melengkapi pengetahuan tentang keragaman budaya Jawa Tengah, tentunya kunjungan ke tempat ini teramat sayang untuk dilewatkan.


Layanan Maerokoco

ri Maerokoco merupakan tempat yang sangat representatif baik untuk acara keluarga maupun perusahaan. Disini juga terdapat tempat hiburan / mainan untuk anak-anak. Lokasi yang teduh dipayungi oleh pohon-pohonan yang rindang. Dan penuh kesan etnik jawa dari arsitektur bangunan rumah dan ornamen-ornamen yang ada.

Layanan yang kami berikan antara lain adalah :

  • Sewa tempat untuk parhelatan untuk keluarga ataupun perusahaan (bisnis)
  • Catering yang siap sedia untuk mendukung acara Anda
  • View pemandangan yang indah dan teduh sehingga nyaman untuk dinikmati
  • Acara budaya secara periodik di anjungan tertentu
  • Souvenir khas dari anjungan untuk oleh-oleh

Bila anda berminat mengadakan acara spesial anda di puri maerokoco, dapat menghubungi bagian pemasaran puri maerokoco di PRPP Jateng di :

Jl. Anjasmoro - Tawang Mas, Semarang - Zip Code 50114
Telp.+62-24-7620739 / +62-24-7617433

Atau dengan mengisi formulir di sub menu event di website ini. Sertakan alamat lengkap Anda agar mempermudah di dalam melakukan komunikasi dengan kami.


Info Teknis Lokasi

Puri Maerkoco terletak di sebelah barat kompleks lokasi pamer PRPP Jawa Tengah di kota Semarang, ibu kota propinsi Jawa Tengah. Area Puri Maerokoco Taman Wisata Budaya Jawa Tengah sangatlah luas. Area ini dibagi-bagi menjadi Kelompok Daerah Tingkat II dengan luas yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anjungan. Rata-rata tiap anjungan mendapat luas 1.000 m2.

Tiap anjungan diwakili oleh rumah daerah setempat dan dilengkapi berbagai miniatur benda-benda bersejarah yang terdapat di daerah asalnya. Seperti misalnya untuk daerah kabupaten magelang terdapat miniatur candi borobudur, untuk daerah kabupaten kudus
ada miniatur menara kudus, demikian juga mesjid demak dan daerah-daerah lainnya.

Peta Puri Maerokoco
Gambar : Peta Puri Maerokoco diserupakan dengan propinsi Jawa Tengah

Peta diatas terdapat kota berwarna merah muda, dimana anjungan-anjungan tersebut terletak. Anjungan tersebut mewakili ibu kota tiap-tiap kabupaten dan kota di wilayah Propinsi Jawa Tengah, yang kesemuanya berjumlah 35 buah.